Tokoh Kale muncul tidak terlalu
banyak di film Nanti Kita Cerita tentang
Hari Ini (NKCTHI). Tapi tak bisa dimungkiri, banyak sekali yang
mengidolakan tokoh ini. Apalagi Kale di film NKCTHI diceritakan sebagai sosok
laki-laki pemberi harapan palsu kepada tokoh Awan. Karena itu, ketika Visinema
merilis film Story of Kale: When Someone’s
in Love, sudah pasti banyak sekali yang menunggu-nunggu.
Penggemar Ardhito Pramono yang jatuh
cinta pada suara dan musiknya, mungkin akan bertambah jumlahnya setelah melihat
kemampuan Ardhito bermain sebagai tokoh utama di film ini. Akting Ardhito cukup
baik untuk orang yang belum pernah jadi peran utama dalam sebuah film. Memang banyak
sekali musisi yang bermain film, tapi tidak banyak juga yang bisa berakting
dengan cukup baik.
Sinopsis Story of Kale
Untuk yang belum nonton filmnya,
tulisan berikut ini tentu akan berisi spoiler, jadi lebih baik nonton filmnya
aja dulu. Tapi, kalau emang penasaran, nggak apa-apa banget baca sinopsis Story of Kale di sini, biar makin mantap
pas nontonnya nanti.
Jadi, film ini bercerita tentang
kisah percintaan Kale sebelum Kale kenal Awan di film NKCTHI. Kale di sini belum
jadi manajer band Arah. Awalnya manajer Arah itu perempuan bernama Dinda yang
diperankan oleh Aurelie Moeremans. Kale kenal Dinda karena ya namanya juga anak
band, jadi saling kenal karena sering ketemu di acara musik.
Film ini dibuka dengan Dinda yang
minta putus sama Kale, tapi Kale setengah mati minta penjelasan dan nggak rela
kalau Dinda mutusin dia dan pergi dari hidup dia. Alurnya pun maju-mundur,
antara masa lalu dan masa kini. Jadi masa kininya cuma nampilin gimana Dinda
bersusah payah mau putus dari Kale, dan gambaran masa lalunya di sini untuk
kasih lihat ke penonton apa yang ngebuat Dinda mau putus dari Kale, dan itu
ditarik dari awal mereka jalin hubungan.
Di salah satu acara musik di mana
Arah tampil dan tentu ada Kale juga, pacarnya Dinda, yaitu Argo (Arya Saloka)
ngamuk-ngamuk ke Dinda karena rencananya mereka mau ketemu neneknya Argo tapi
Dindanya malah nemenin Arah di acara musik. Padahal Dinda udah bilang kalau dia
nggak bisa datang nemuin neneknya itu dari jauh-jauh hari katanya. Tapi Argo
tetep nggak terima. Ributlah mereka berdua, Argo banting-banting barang, terus
pas Argo mau mukul Dinda, datanglah Kale sebagai si penyelamat. Mereka berdua
berantem dan Kale rela babak belur gitu demi Dinda.
Abis mereka kelar berantem, si Argo
nggak dikasih lihat lagi, mungkin yaudah dia nemuin neneknya sendirian. Si Kale
sok-sokan nyadarin Dinda, kalau Argo tuh kasar, kalau Argo memang sayang sama
Dinda, nggak seharusnya Argo kayak gitu. Ya gombal ala-ala orang yang mau PDKT
gitulah. Kale sok meyakinkan Dinda kalau Dinda pantas dapetin cowok yang lebih
baik. Tentu yang dimaksud Kale cowok yang lebih baik itu ya dirinya sendiri. Sungguh
percaya diri sekali memang si Kale ini.
Hubungan mereka berdua pun terus
bergulir. Manis bangetlah pokoknya. Ada adegan di mana mereka berduaan di
studio, bikin lagu berdua, terus ciuman di studio. Iya, mereka ciuman padahal
hubungannya masih belum punya nama gitu, alias hubungan tanpa status. Terus pas
Kale jadi additional player di band
Arah, Kale nyatain perasaannya ke Dinda. Romantisnya gemes gitu, semacam di rest area dia nyatain perasaannya, waktu
Dinda abis beli makanan di mini market. Yang intinya, Kale mau hubungan mereka
punya nama, dan itu bukan temen. Tsahhh… coba kalian yang lagi terjebak friend zone, ngomong gini ke gebetan
kalian, biar nggak kelamaan di gantung dalam hubungan yang nggak jelas.
Singkat cerita mereka pacaran, terus manis
bangetlah pokoknya. Tapi, hubungannya yang tampak manis banget itu ternyata
menyimpan racun yang tersembunyi. Sosok Kale yang bagaikan penyelamat Dinda di
awal cerita, perlahan berubah jadi monster yang menakutkan, yang nyatanya nggak
beda jauh dari Argo, mantannya Dinda. Awalnya Kale posesif, ngelihat Roy (Roy
Sungkono) vokalisnya Arah curhat sama Dinda dia cemburu, padahal saat itu dia
belum jadian sama Dinda dan sebenernya wajar banget juga personil band curhat
sama manajernya.
Puncaknya konflik mereka itu waktu
Kale ketemu Argo di lift hotel tempat Dinda nginep. Kale udah suudzon aja kalau
Dinda sama Argo ngelakuin hal yang nggak-nggak berdua di kamar. Padahal tuduhan
Kale itu nggak terbukti dan nggak beralasan sama sekali. Dinda bilang Argo
nyamperin dia cuma buat ngasih undangan. Ya padahal bisa aja kasih undangan
lewat whatsapp yekan? Atau pake pos, atau ya ketemu di lobby hotel.
Kale yang udah kalut malah
ngamuk-ngamuk. Segala barang dibanting. Kale mikirnya Dinda masih cinta sama
Argo. Kelakuan Kale yang barbar dan brutal ini ngingetin Dinda sama kelakuan
Argo dulu yang suka ngamuk-ngamuk. Jadi, saat Kale minta maaf dan meluk Dinda
di lantai sambil duduk gitu, muka Dinda udah datar banget. Kelihatan banget
kalau di situ Dinda udah mulai mikir untuk udahin hubungan dia sama Kale.
Tapi, namanya orang budak cinta yang
beracun dan cinta sama orang cuma buat menuhin egonya sendiri, Kale mana mau
lepasin Dinda gitu aja. Karena itu Dinda bilang kalau dia udah selingkuh dan
mau nikah sama selingkuhannya itu. Nggak tahu itu dia beneran selingkuh, atau
dia cuma ngada-ngada aja biar Kale beneran mau lepasin dia. Ternyata, ya Kale
tetep mau Dinda sama dia dong biarpun Dinda selingkuh.
Film yang Digarap dengan Sangat Matang
Kalau melihat dari skenarionya, film
ini nyaris nggak ada kurangnya menurut saya. Strukturnya rapi banget. Peningkatan
konfliknya benar-benar dipikirkan dengan matang. Puncaknya ketika Kale kalut di
kamar hotel membanting barang-barang, lalu dia di lantai meluk Dinda, saat itu
tatapan Dinda udah kosong. Udah nggak kayak sebelumnya yang masih ada rasa
cinta. Di situ kelihatan betul rasa Dinda ke Kale kayak mulai menguap karena
ngelihat Kale ternyata nggak jauh beda dengan mantan pacarnya Dinda, Argo.
Berkembangnya tokoh Dinda juga tidak
ujug-ujug. Dari dia yang menerima disakiti oleh Argo, sampai kemudian bisa
lepas dari Argo, lalu akhirnya juga berani memutuskan Kale, sungguh terlihat
sangat natural. Begitu juga bagaimana memperlihatkan sifat asli Kale ke
penonton yang awalnya hanya posesif biasa kemudian berlanjut menjadi begitu toxic. Film ini memberi gambaran bahwa toxic relationship terkadang bisa
sesamar itu terlihatnya. Bisa butuh beberapa waktu berjalan dulu untuk
benar-benar ketahuan.
Alur yang silih berganti antara masa
lalu dan masa kini sekila mengingatkan pada film Blue Valentine. Sangat smooth
dan tidak mengganggu. Masa lalu yang ditampilkan benar-benar membantu penonton
untuk memahami perubahan-perubahan yang terjadi dalam hubungan mereka.
Berkali-kali Dinda berkata kalau alasan dia mau putus cuma mau pergi. Itu
benar-benar alasan yang nyata dan sesungguhnya tak terbantahkan lagi. Walaupun
menurut Kale alasan ingin putus yang cuma sekadar “mau pergi dan nggak mau di
sini lagi” itu terlalu mengada-ngada.
Sesunguhnya itulah alasan yang paling
kuat ketika seseorang memang sudah begitu jengah berada dalam sebuah hubungan.
Dinda selingkuh dan mau nikah dengan orang lain, mungkin aja hanya alasan yang
dibuat-buat agar Kale benar-benar mau melepas dia. Karena rasanya orang seperti
Kale nggak akan melepas kalau alasannya menurut dia nggak terlalu kuat.
Udah dibilang Dinda selingkuh aja dia
masih mau nerima Dinda. Orang-orang kayak gini memang beneran ada. Udah tahu
kalau dia disakitin dan udah tahu pasangannya udah nggak mau sama dia tapi
masih aja ditahan-tahanin. Kadang, ya cuma buat egonya aja karena dia nggak mau
kehilangan. Bukan karena bener-bener sayang sama pasangannya juga. Dia nggak
peduli kalau pasangannya udah nggak bahagia bareng dia.
Penutupnya bikin saya benar-benar
bertepuk tangan. Saat Kale nyanyi lagu “Sudah” dan perlahan perabotan hilang
satu per satu, bersama hilangnya si Kale. Lalu langit perlahan berubah jadi
pagi. Ruangan yang kosong rasanya kayak ngegambarin perasaan Kale. Begitu juga
langit yang perlahan cerah. Dua hati yang awalnya bersama, memilih untuk pergi
dan menyusuri jalannya sendiri-sendiri. Ruang kosong itu di satu sisi kelihatan
kayak sunyi dan hampa, tapi juga terasa lega. Seolah apa yang menghimpit
perlahan sirna pelan-pelan. Penutup yang sangat puitis.
Semuanya digarap dengan matang, mulai
dari adegan, dialog, struktur, sampai ke soundtrack-nya. Salut buat sutradaranya, Angga Dwimas Sasongko dan penulis skenarionya, Irfan Ramli. Nggak ada yang
nanggung dalam film ini. Gambaran kisah orang yang lagi jatuh cinta bener-bener
ngegambarin jatuh cinta yang manis banget, tapi pas di akhir, ngegambarin patah
hatinya juga yang pedih banget. Manisnya sampai ke puncak, nyerinya juga sampai
ke puncak. Berasa banget naik-turun yang drastis dan begitu mengguncang. Sungguh
luar biasalah pokoknya.
Bertabur Dialog yang Quotable
Bertabur banyak sekali quotes di film
ini yang menarik. Misalnya waktu Dinda bilang kalau seseorang nggak bisa
bertanggung jawab untuk kebahagiaan orang lain, karena yang bertanggung jawab
sama kebahagiaannya ya cuma dirinya sendiri. Ini saya agak lupa persis
kata-katanya kayak gimana, tapi kurang lebih itu yang saya tangkep. Banyak juga
dialog yang nampol banget, terutama alasan kenapa Dinda selingkuh. Karena katanya
di orang baru itu, Dinda nemuin kebebasan, dia nemuin dirinya sendiri, yang itu
semua sayangnya nggak ditemuin waktu Dinda jalin hubungan bareng Kale. Asli,
nyelekit banget sih ini.
Soundtrack Story of Kale
Yang juga paling berkesan dari film
ini adalah soundtrack-nya. Lagu “I Just Couldn't Save You Tonight” super duper
manis nan romantik liriknya, musiknya, bener-bener ngegambarin dua orang yang
lagi jatuh cinta berat dan dimabuk asmara.
Lihat aja potongan liriknya di sini
Falling in love is a new world for me
Do you wanna be my company?
From thousand of miles you will like gettin' here
No need no anniversary
And maybe you wanna be a star
It may seem you wanna be in love
I don't care it taking me apart
But I just couldn't save you tonight
Walau kisah Kale dan Dinda udah
berakhir, lagu ini rasanya punya umur yang lebih panjang, karena biarpun ini
sebenernya cuma ngegambarin kisah mereka berdua, tapi lagu ini cocok banget
buat siapa aja yang lagi jatuh cinta sejatuh-jatuhnya dengan seseorang.
Selain lagu ini, ada lagu lainnya
yang jadi penutup kesedihan Kale di akhir cerita, yaitu lagu “Sudah”. Lagu ini
berkisah tentang seseorang yang ingin melupakan kenangan dan masa lalunya,
berharap bahwa masa depan yang lebih indah akan datang.
Semua penderitaan nantinya akan
hilang perlahan terobati. Sebuah lagu yang sesungguhnya sedih, tapi menyiratkan
akan harapan, walau masa lalu itu juga tidak akan terulang lagi. Untuk yang
sedang patah hati, coba dengerin lagu ini sering-sering biar bisa menimbulkan
optimis kalau setelah hujan pasti akan ada pelangi. Dunia bakal terus berputar
kayak biasa dan hidup bakal baik-baik aja.
Cara Nonton Story of Kale
Story of Kale full movie bisa kamu
tonton secara legal di Bioskop Online, dengan klik link ini: bioskoponline.com/story-of-kale
Cukup bayar Rp10.000 aja udah bisa nonton film ini. Selamat menonton dan selamat jatuh cinta dan sekaligus patah hati!
Baca juga:
- Pengalaman Bekerja Sebagai Senior Content Editor di ShopBack Indonesia
- Pengalaman Kerja di Coworking Space GoWork Lippo Mall Puri: Nyaman Tanpa Gangguan!
- Pengalaman Jadi Co-Writer Naskah Teater Musikal "Anugerah Terindah"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar