IIBF 2019. Foto: Aprillia Ramadhina |
Benarkah minat baca masyarakat Indonesia rendah? Atau sebenarnya ada hal lain yang menyebabkan minat baca kita rendah, bukan karena semata ketidakmauan dari masyarakatnya untuk mengonsumsi bacaan dan buku? Kita tentu sering mendengar berbagai survei yang memperlihatkan betapa minimnya kemampuan literasi negara kita. Dilansir dari Detik.com, Central Connecticut State University (CCSU) merilis peringkat literasi negara-negara di dunia pada tahun 2016 melalui survei berjudul “World's Most Literate Nations”. Hasilnya, Indonesia berada di peringkat 60 dari 61 negara. Rendah sekali ya?
Hanya saja, nyatanya peringkat rendah tersebut, tidak semata-mata karena
minat baca masyarakat yang kurang. Dari penelusuran berbagai artikel yang saya baca di
media, maupun pengalaman menjual buku bekas, hingga berkunjung ke berbagai
pameran buku ,saya merangkum hal apa saja yang membuat minat baca masyarakat kita dikatakan rendah.
Penyebab Minat Baca Masyarakat Indonesia Rendah
Najwa Shihab, seperti dilansir dari Media Indonesia mengungkapkan dua hal yang menyebabkan minat baca orang Indonesia
rendah, yaitu sulitnya mengakses buku dan mahalnya harga buku.
1. Akses buku dan bacaan yang belum merata
Jaringan toko buku cukup terbatas dan tidak
merata ke seluruh daerah di Indonesia. Distribusi buku masih banyak berputar
hanya di kota-kota besar. Belum lagi jumlah perpustakaan dan taman baca yang
juga belum menjangkau ke seluruh wilayah hingga ke daerah terpencil. Karena itu,
untuk mengakses atau membeli buku bacaan cukup sulit. Toko buku online menjadi andalan. Hanya saja, para pembelinya juga tersandung ongkos kirim yang lumayan
karena rata-rata toko buku online juga berlokasi dan mengirim buku dari kota
besar.
2. Harga buku yang mahal
Saya sering berkunjung ke toko buku, tapi
tidak pernah melihat toko buku yang ramai sekali pengunjung. Berbeda dengan
jika saya pergi ke pameran buku di mana harga bukunya lebih murah dan banyak
potongan harga. Jadi, masyarakat jarang ke toko buku bukan karena malas
membaca, tapi enggan membeli buku-buku yang harganya mahal.
Membudayakan Literasi dengan Meningkatkan Minat Baca
Kemampuan literasi tidak hanya sekadar bisa
membaca dan menulis saja. Arti kata “literasi” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
mencakup arti pengetahuan atau keterampilan dalam bidang dan aktivitas tertentu
serta kemampuan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan untuk
kecakapan hidup. Kedua hal itu, tentunya dapat ditopang melalui arti literasi
yang paling mendasar, yaitu kemampuan menulis dan membaca.
Dari kemampuan menulis dan membaca yang baik,
seseorang akan menjadi lebih tahu dan lebih terampil akan suatu bidang. Kemampuan tersebut jika semakin diasah dapat memberikan manfaat besar sehingga bisa menjadi
pandai, mahir, berani, tangkas dan cekatan dalam mengerjakan sesuatu dan
mengatasi tantangan dalam kehidupan.
1. Menjual Buku Bekas dan Mengirimkannya ke
Berbagai Daerah
Saya sendiri punya minat yang begitu besar
dengan dunia literasi. Itu yang mengantarkan saya memilih wartawan koran
sebagai pekerjaan pertama selepas lulus kuliah tahun 2011. Hingga kini sudah ratusan artikel yang saya tulis di media massa. Saya juga telah menulis buku pertama
saya pada tahun 2015. Saya pun senang belanja buku ke pameran buku dan mengikuti pelatihan
menulis. Namun, ada hal yang juga saya gemari belakangan ini, yakni menjadi
tukang buku bekas.
Saya mulai menjual buku bekas sejak tahun
2017 melalui Instagram. Buku yang saya jual adalah koleksi pribadi saya sendiri. Buku-buku
tersebut saya jual dengan sangat murah, mulai dari harga Rp 5.000 dan paling
mahal Rp 15.000. Memang tidak setiap saat saya jual buku. Saya mulai jual buku
lama saya kalau sudah banyak membeli buku baru.
Ini saya lakukan awalnya karena saya tak tega membuang buku-buku lama saya, sementara keadaannya banyak yang sudah tidak terlalu baik, dan saya tidak telaten merawatnya. Ditambah, saya tidak punya penyimpanan yang cukup untuk buku-buku tersebut di rumah.
Ini saya lakukan awalnya karena saya tak tega membuang buku-buku lama saya, sementara keadaannya banyak yang sudah tidak terlalu baik, dan saya tidak telaten merawatnya. Ditambah, saya tidak punya penyimpanan yang cukup untuk buku-buku tersebut di rumah.
Tapi, ternyata kegiatan menjual buku bekas
ini memberikan kepuasan tersendiri untuk saya karena antusiasme orang-orang
yang luar biasa. Bahkan ada yang membeli buku saya dalam jumlah banyak, untuk
dia taruh di perpustakaan dia dan ada yang membelinya untuk dijual kembali
karena ternyata dia memiliki toko buku online.
Tidak tanggung-tanggung, bahkan yang memesan
buku-buku saya itu dari berbagai daerah, yang bahkan ongkos kirimnya saja
melebihi harga bukunya. Beberapa buku juga kertasnya sudah menguning sebagian,
ada yang sampulnya sudah lecek, tapi itu tidak menyurutkan sedikit pun minat
mereka untuk membelinya. Entah karena mereka betul-betul menginginkan bukunya,
atau memang tidak adanya toko buku di sekitar tempat tinggal mereka, atau entah
apa. Intinya saya benar-benar dibuat terharu.
Yang awalnya jual buku hanya agar punya
banyak ruang untuk buku baru, ternyata punya banyak manfaatnya bagi orang lain.
Membeli buku secara online adalah pilihan mereka yang tinggal jauh dari toko
buku. Memilih untuk membeli buku bekas tentu karena buku-buku tersebut sudah tidak dicetak lagi.
Saya terharu ketika saya ikut menjadi pengantar buku-buku bekas saya bertemu
dengan para pemilik barunya. Membantu para pencinta buku mendapatkan buku-buku
yang ingin mereka baca.
2. Menyalakan Minat Baca Anak Sejak Dini
Melalui Keluarga yang Melek Literasi
IIBF 2019. Foto: Aprillia Ramadhina |
Untuk mencapai tahap kemampuan literasi dalam
tingkat kecakapan hidup, dimulai dari langkah yang paling awal dan paling mudah
yaitu meningkatkan minat baca. Minat baca yang baik adalah yang telah dipupuk
sejak kecil. Karena agak sulit menumbuhkan minat baca pada seseorang yang sudah
dewasa dan tidak terbiasa gemar membaca.
Karena itu, penting bagi orangtua yang sudah
punya anak, untuk membiasakan anaknya dekat dengan bacaan sejak dini. Hanya saja, tidak
mungkin anak-anak kita rajin baca buku kalau kitanya saja malas, kan?
Bagi saya, lebih penting belanja untuk
mempercantik otak ketimbang sekadar mempercantik fisik. Beri makan akal sehat
kita tak hanya perut kita. Rawat pikiran kita tidak hanya raga kita. Itulah
mengapa sampai saat ini saya mengalokasikan anggaran khusus untuk belanja buku.
Mengapa? Karena otak yang tidak terawat dengan baik itu bahaya, maka harus
diberi asupan melalui bacaan-bacaan yang bernutrisi dan berizi.
Setelah punya anak, alokasi budget belanja
buku pun terbagi untuk buku anak. Saya tumbuh dengan buku. Selain orangtua dan
semesta, bukulah yang turut mengasuh dan mendidik saya. Tempat saya menemukan
jawaban dari pertanyaan yang sulit saya tanyakan. Tempat saya belajar dan
memenuhi rasa ingin tahu saya terhadap sesuatu. Tempat saya menemukan
alternatif jalan keluar dari beragam masalah hidup. Karena itu, saya cukup
sering membaca buku-buku pengembangan diri. Membaca buku bagi saya bukan
sekadar mencari penghiburan diri dan sarana rekreasi, tapi juga tempat menambah
ilmu dan menolong diri.
Buku membantu saya berpikir runut dan
mengasah logika. Buku juga membantu saya memahami jalan pikiran orang lain.
Mengajarkan bagaimana cara berpikir, berbicara, dan bersikap yang baik. Bahkan
mengajarkan bagaimana menjalin hubungan baik dengan orang lain.
Olah grafis: Aprillia Ramadhina |
Karena itu, saya ingin anak saya juga punya
kecintaan yang sama atau lebih besar dari saya terhadap buku. Berikut ini langkah-langkah yang bisa dilakukan
untuk menumbuhkan minat baca pada anak sejak kecil.
- Biasakan belanja buku demi otak yang
senantiasa ternutrisi dengan baik
Kamu biasa belanja kebutuhan pokok bulanan?
Masukkan buku dalam daftar belanja bulanan kamu. Buat diri kamu merasa bahwa buku
juga bagian dari kebutuhan utama. Tidak perlu belanja terlalu banyak. Yang
terpenting kamu punya bacaan setiap harinya. Yang jelas, pastikan kebutuhan
primer kamu telah terpenuhi juga dengan baik ya sebelum menghabiskan uang untuk
belanja buku. Satu buku cukup untuk kamu baca dalam satu bulan. Setiap harinya
baca saja minimal satu halaman. Dengan begitu saja, kamu sudah memulai
kebiasaan baik dalam mengonsumsi buku.
- Belikan minimal satu buku setiap bulan
untuk anak
Pada dasarnya anak-anak senang dengan buku.
Karena banyak gambar menarik di dalamnya yang penuh dengan warna. Sekalipun
anak kamu belum bisa membaca atau mengerti ceritanya, belikan saja agar ia
terbiasa melihat buku di sekitarnya.
- Setiap ke mall ajaklah anak untuk mampir ke
toko buku
Sejak bayi anak saya, Arina udah dibawa ke toko buku. Foto: apriltupai.com |
Saya termasuk orang yang senang sekali berada
di sekeliling buku. Ke toko buku seperti sebuah terapi bagi saya. Melihat
banyak buku di raknya dengan berbagai tema dan topik tulisan membuat imajinasi
saya berkelana dan inspirasi saya penuh. Saya senang berkeliling ke berbagai
rak untuk sekadar membaca satu atau dua paragraf dari buku yang sudah terbuka.
Karena itu, saya juga senang sekali mengajak anak saya ke toko buku. Karena
dengan terbiasa ke toko buku, kelak dia akan mencintai pengalaman melihat banyak
buku di sekelilingnya.
- Ajak anak ke acara-acara literasi yang
melibatkan anak, seperti acara mendongeng, dan lain sebagainya.
Kini semakin banyak acara literasi yang tidak
hanya diperuntukkan untuk orang dewasa saja, tapi juga untuk anak kecil.
Biasanya kegiatannya berupa mendengarkan cerita, dongeng, dan lainnya. Dengan
melihat banyak anak kecil lainnya yang juga begitu menyimak orang bercerita,
anak kita bisa ikutan mendengarkan. Karena anak-anak, pada umumnya mengikuti teman-teman
sebayanya.
- Bacakan buku cerita di rumah setiap hari
Sesibuk apa pun kegiatan dan pekerjaan kita,
sebagai orangtua, sempatkanlah untuk membacakan cerita kepada anak kita setiap
hari. Kegiatan bercerita ini selain membuat anak senang dengan ceritanya, tapi
juga dapat meningkatkan interaksi kita dan kedekatan kita dengan anak.
- Ajak anak ke perpustakaan atau taman baca
Sekalipun anak belum bisa menulis atau
membaca, selain ajak ke toko buku, cobalah ajak ke perpustakaan atau ke taman
baca. Jika sudah semakin besar, ajak dia untuk meminjam buku di perpustakaan.
Dengan begitu, nantinya dia akan gemar berkunjung ke perpustakaan. Karena
banyak buku di perpustakaan yang biasanya tidak ada di toko buku. Sehingga
koleksi bukunya lebih lengkap dan lebih banyak, terutama jika sedang membutuhkan
sumber bacaan untuk mengerjakan tugas sekolah.
- Orangtua harus mencontohkan perilaku gemar
baca buku
Walaupun kamu sudah melakukan langkah-langkah
di atas, belum tentu anakmu akan gemar membaca. Kenapa? Mungkin karena kamu
belum mencontohkannya. Anak adalah peniru yang baik. Yang pertama ia tiru
tentunya adalah orangtuanya. Jika kamu saja malas baca buku, jangan harap anak
kamu akan suka baca buku.
3. Menggiatkan Literasi Melalui Komunitas dan
Gerakan
Membudayakan literasi dari diri sendiri dan keluarga sudah dilakukan. Bagaimana dengan menjadi masyarakat? Salah satu peranan masyarakat yang dapat
berdampak dan memberi manfaat positif dalam membudayakan literasi adalah
dengan membuat komunitas literasi. Jika kamu tidak bisa membuatnya, paling
tidak terlibat di dalamnya, atau berkontribusi sesuatu. Berikut ini beberapa
komunitas dan gerakan di Indonesia yang giat menyebarkan semangat dan budaya
literasi.
Banyak komunitas yang memiliki
program-program yang bertujuan memperluas akses buku kepada masyarakat. Salah
satu contohnya komunitas Buku Berkaki. Berdiri sejak tahun 2011 komunitas ini
ingin membantu anak-anak kurang beruntung untuk lebih mudah mengakses buku.
Kegiatan komunitas ini salah satunya adalah membuka donasi buku untuk kemudian
disalurkan ke anak-anak yang membutuhkan dan juga ke daerah-daerah terpencil.
Komunitas Ayo Dongeng Indonesia berdiri sejak
tahun 2011. Para pelajar dongeng atau yang disebut juga dengan Relawan Dongeng
yang tergabung di dalamnya, senang mendongeng sebagai kegiatan berbagi. Tidak
hanya sekadar berbagi cerita, tapi juga motivasi, keceriaan, imajinasi dan
inspirasi. Mereka mendongeng untuk anak-anak, termasuk mendongeng untuk trauma
healing pascabencana, mendongeng ke rumah sakit, taman baca, rumah singgah, dan
kegiatan sosial lainnya. Komunitas ini juga menjadi penyelenggara acara
Festival Dongeng Internasional Indonesia. Tahun ini, FDII bertema
#KisahParaPahlawan akan diadakan di Museum Nasional pada tanggal 2 – 3 November
2019.
KeReadTa merupakan acara tahunan berupa
gerakan membaca buku dan ajakan membaca di kereta. Kegiatan ini bermaksud
meningkatkan kesadaran penumpang tentang pentingnya membaca dan menjadikannya
bagian dari gaya hidup. Tahun ini, acara KeReadTa diinisiasi oleh Taman Baca
Inovator, Indoreadgram dan Booktube Indonesia. Acara bertajuk "Make Reading A
Trend" telah berlangsung pada tanggal 8 September 2019 dan diisi oleh talkshow
literasi di Stasiun MRT Bundaran HI dan kampanye membaca di dalam MRT sepanjang perjalanan Stasiun Bundaran HI – Lebak Bulus – Bundaran HI.
Selain yang telah disebutkan di atas, masih
banyak lagi gerakan dan komunitas literasi yang tersebar di seluruh Indonesia.
Kamu bisa ikut terlibat dalam kegiatannya, atau sesederhana menyebarkan
informasinya di media sosial agar orang yang berminat bisa mengetahuinya.
4. Merayakan Gairah Literasi Melalui Pameran
Buku dan Festival Literasi
Selain semakin maraknya komunitas dan gerakan
literasi di berbagai daerah, pameran buku dan festival literasi juga semakin menggeliat
dan berhasil menyedot banyak pengunjung.
Salah satu yang cukup banyak dibacarakan adalah festival literasi Patjar Merah.
Pada bulan Maret 2019, festival ini berlangsung di Yogyakarta dan seperti
dilansir dari CNN Indonesia, dalam waktu lima hari jumlah pengunjungnya lebih
dari 10 ribu orang. Selain menjual jutaan buku murah, festival ini juga menghadirkan
berbagai penulis dan penggiat literasi untuk berbagi cerita dalam berbagai
talkshow.
- Jakarta International Literary Festival
(JILF)
Di bulan Agustus 2019, telah berlangsung
acara Jakarta International Literary Festival (JILF) yang digagas oleh Komite
Sastra Dewan Kesenian Jakarta. Berlokasi di Taman Ismail Marzuki, acara ini
menghadirkan berbagai program mulai dari simposium, bincang sastra &
penulis, malam pembacaan karya, dan lain sebagainya. Selain melibatkan para
penulis dan pelaku industri buku, acara ini juga melibatkan banyak komunitas,
seperti Kelas Puisi, Malam Puisi, Sajak Liar, dan lain-lain.
Saya pun merasakan sendiri bagaimana
antusiasme orang-orang begitu besar terhadap buku ketika berkunjung ke
Indonesia International Book Fair (IIBF) 2019 yang berlangsung di JCC Senayan. Saya
menyaksikan sendiri bagaimana orang-orang mengerubungi buku-buku, memilih dan
berbelanja. Bahkan banyak pembeli yang masih duduk di Sekolah Dasar dan ada ibu-ibu
yang memilih buku anak sambil menggendong anaknya yang masih bayi.
Dari pengalaman saya pribadi menjual buku
bekas, ditambah melihat banyaknya orang membeli buku murah di bazar buku, saya
pun berasumsi, bahwa minat baca orang Indonesia memang tidaklah rendah. Minat
memiliki buku juga sangat tinggi. Karena dua sebab itu tadi, akses yang sulit, dan harga yang mahal. Nyatanya, ketika harga buku murah, masyarakat pun berbondong-bondong
membeli. Semangat untuk menggiatkan literasi juga tak pernah padam, beragam
gerakan dan komunitas terus bermunculan, bermacam festival literasi pun
diselenggarakan.
Sebagai masyarakat, peran kita untuk
mendukung literasi adalah mulai menyalakan minat baca keluarga di rumah,
berpatisipasi dalam gerakan literasi, atau paling tidak turut meramaikan
acara-acara literasi. Terutama yang memang diadakan di sekitar kita.
Di sana kita bisa menambah banyak
pengetahuan. Tidak hanya seputar dunia buku saja, tapi juga tentang banyak hal lainnya yang berkaitan
erat dengan kehidupan kita sebagai manusia yang terus belajar dan mencari ilmu
di dunia. Panjang umur literasi!
#SahabatKeluarga
#LiterasiKeluarga
#LiterasiKeluarga
Sumber referensi:
- Damarjati, Danu (2019, 5 Januari). Benarkah Minat Baca Orang Indonesia Serendah Ini?.
- Amalo, Palce (2017, 11 Agustus). Minat Baca Rendah karena Akses Buku Kurang.
- CNN Indonesia (2019, 8 Maret). Festival Buku Murah “Patjar Merah” Diserbu Pencinta Buku
Sebenarnya yang paling sederhana dan pertama ya keluarga. Sebagai orang tua, meskipun tidak suka membaca, harus mulai memaksa diri untuk dekat dengan buku. supaya anak-anaknya juga dekat dengan budaya literasi.
BalasHapusiyak betuull. karna anak zaman sekarang tumbuh bersama gadget, jadi ortu yang harus proaktif bener-bener ngenalin sama buku, karna kalo ortunya aja gak antusias sama buku, gimana anaknya mau suka, ya kan
HapusUlasan yang lengkap sekali! Thanks for this post kak.
BalasHapusMemang benar, salah satu problema yang terjadi sekarang adalah mahalnya harga buku, sementara di sisi lain perkembangan internet / digital tak terbendung. Akhirnya menjadi sulit juga meningkatkan minat baca sejak dini.
-Fajarwalker.com