Foto: Aprillia Ramadhina |
Masih melekat dalam benak bagaimana masyarakat begitu berduka ketika ibu Ani Yudhoyono meninggal dunia akibat kanker darah yang dideritanya. Kita melihat kesedihan mendalam begitu dirasakan oleh orang-orang yang ditinggalkannya, terutama bapak Susilo Bambang Yudhoyono. Siapa pun akan ikut tergetar melihat sosok pria berwibawa itu mencoba menahan kerapuhannya dan berusaha untuk tetap tegar.
Tak lama berselang dari kabar kehilangan salah satu putri
bangsanya, Indonesia kembali berduka. Bapak Sutopo Purwo, Kepala Pusat Data
Informasi dan Humas (Pusdatinmas) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
dikabarkan meninggal dunia akibat kanker paru-paru stadium 4 yang sudah
dideritanya sejak lama.
Setelah beliau pergi, banyak beredar videonya ketika ia mengenang
saat-saat awal dirinya divonis kanker paru-paru stadium 4. Ia mengatakan bahwa
dirinya tidak merokok dan sudah cukup menjaga kesehatan. Ia juga menceritakan
bahwa kemungkinan penyakit itu ia derita karena ia menjadi perokok pasif, di
mana karyawan-karyawan lain di lingkungan tempatnya bekerja banyak yang
merokok.
Sumber: Instagram @suara_tanpa_rokok. Video selengkapnya dapat dilihat di sini. |
Sebegitu bahayanya rokok. Ayah saya pun, meninggal karena serangan
jantung akibat dulunya perokok berat selama bertahun-tahun. Saat divonis sakit
jantung, ia baru mengubah gaya hidupnya. Ia mulai berhenti merokok, mulai
benar-benar memperhatikan asupan makanan. Karena selain rokok, baru ketahuan
juga dia mengidap penyakit lainnya, yaitu diabetes dan kolesterol. Sayangnya,
semuanya sudah terlanjur terlambat.
Memang takdir adalah milik sang pencipta. Kapan berakhirnya hidup
seseorang hanya Tuhan yang tahu. Kematian adalah misteri Illahi yang tidak bisa
ditebak atau diprediksi. Banyak perokok yang melakukan pembenaran, “Ah, kalau
sudah waktunya meninggal ya meninggal saja, nggak harus karena merokok. Banyak
yang perokok berat tetap bisa panjang umur, kok! Lagipula semua makhluk juga
pada akhirnya akan mati.”
Bagi saya, pernyataan macam itu sangat-sangat egois dan arogan.
Rokok memang bukan satu-satunya pembunuh atau penyebab sakit kanker dan
jantung, tapi kita nggak bisa menutup mata, bahwa rokok bisa menyebabkan
penyakit tersebut yang akhirnya berujung pada kematian. Maut memang tak bisa
dihindari atau dicegah, apalagi dinegosiasikan. Tapi, paling tidak, kita bisa
memberi penghargaan tertinggi terhadap kehidupan yang telah diberikan oleh
Tuhan. Dengan cara apa? Dengan menjaga kesehatan sebaik-baiknya.
Hidup untuk sehat, dan sehat untuk hidup
Foto: dok.AprilTupai.com |
Hidup yang sebaik-baiknya bagi saya adalah ketika kita bisa hidup
sesehat-sehatnya. Lahir-batin, luar-dalam, jasmani-rohani, jiwa-raga,
fisik-psikis. Kenapa? Karena keduanya bisa saling bersisian. Jiwa yang sakit
bisa membuat kondisi fisik memburuk. Begitu pun tubuh yang tidak sehat, bisa
mengacaukan pikiran.
Ketika kita sehat, ada banyak sekali hal yang bisa kita lakukan.
Mengejar mimpi-mimpi, membahagiakan diri sendiri dan keluarga. Melakukan
hal-hal yang mungkin sebelumnya tidak kita bayangkan.
Jika kita sakit, semua keinginan bisa jadi impian semata. Ada
banyak keterbatasan yang tidak bisa kita tembus. Belum lagi biaya yang harus
dikeluarkan demi sebuah kesembuhan. Padahal, bisa jadi itu semua hanyalah harga
yang harus dibayar akibat kita terlalu menyia-nyiakan yang seharusnya bisa
dengan mudah kita jaga dengan baik; kesehatan.
Mewaspadai Penyakit-Penyakit yang Menjadi Penyebab Kematian
Terbesar di Dunia
Menurut data kematian yang dirangkum oleh WHO pada tahun
2015, penyakit jantung dan stroke menempati dua daftar teratas dari 10 penyebab kematian
terbesar di dunia. Keduanya termasuk
dalam jenis Penyakit Tidak Menular (PTM). Selain penyakit jantung dan stroke, masih
ada banyak lagi jenis penyakit yang termasuk PTM, beberapa
yang utama meliputi penyakit hipertensi, diabetes
melitus, kanker dan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK).
Dalam catatan “Rencana Aksi Program Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan Tahun 2015 – 2019”, yang diterbitkan oleh Direktorat
Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (2015), disebutkan
bahwa jumlah kematian akibat PTM terus meningkat dari 41,75% pada tahun 1995
menjadi 59,7% di 2007. Berdasarkan suvei Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) 2007, PTM menjadi penyebab kematian terbanyak di Indonesia dengan proporsi (%) penyebab kematian tertinggi akibat stroke.
Sekitar
80% PTM diakibatkan oleh gaya hidup yang tidak sehat, seperti kurangnya konsumsi sayur dan buah, kurangnya aktivitas fisik, tingginya konsumsi lemak, garam dan gula berlebih serta kebiasaan buruk merokok dan minum alkohol.
Tahun 2017, WHO menunjukkan sebanyak 7,2 juta kematian akibat
PTM disebabkan oleh konsumsi produk tembakau. Dikutip dari laman Sehatnegeriku.kemkes.go.id, Menteri
Kesehatan Nila F. Moelok mengungkapkan bahwa meningkatkanya jumlah perokok di
Indonesia telah menjadi ancaman serius.
“Rokok merupakan faktor risiko penyakit
yang memberikan kontribusi paling besar dibanding faktor risiko lainnya.
Seorang perokok mempunyai risiko 2 sampai 4 kali lipat untuk terserang penyakit
jantung koroner dan memiliki risiko lebih tinggi untuk terserang penyakit
kanker paru dan PTM lainnya,” ujar Menkes Nila F. Moeloek pada peringatan
Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS), di kantor Kemenkes (11/7).
Sementara itu, prevalensi PTM atau jumlah kasus PTM yang
dikumpulkan dari data 1,2 juta jiwa yang tercatat oleh Riskedas 2018 mengalami
kenaikan jika dibandingkan dengan Riskesdas 2013. Peningkatan ini antara lain meliputi penyakit kanker, stroke, penyakit ginjal kronis, diabetes melitus,
dan hipertensi.
Lantas, apa yang bisa kita lakukan agar jumlah penderita penyakit
ini tidak semakin meningkat?
Mencegah Penyakit Tidak Menular dengan 3 Perilaku Germas
Germas adalah Gerakan Masyarakat Hidup Sehat yang dicanangkan oleh
pemerintah Indonesia agar masyarakat semakin sadar untuk meningkatkan kualitas
hidup dengan gaya hidup sehat.
Gerakan ini sebaiknya dimulai dari diri sendiri, kemudian
ditularkan kepada keluarga. Semakin banyak keluarga yang menerapkan perilaku
hidup sehat, maka masyarakat di sekitar juga perlahan akan meningkat
kesadarannya.
Germas penting untuk digalakkan dalam kehidupan sehari-hari,
karena daripada harus mahal-mahal mengobati penyakit, tentu jauh lebih mudah
dan murah jika mencegahnya agar jangan sampai terjadi.
Berikut ini tiga perilaku Germas yang dapat kita gencarkan untuk
mencegah Penyakit Tidak Menular (PTM).
1. Melakukan aktivitas fisik 30 menit per hari
Foto: Aprillia Ramadhina |
Kita mungkin langsung merasa berat ketika mengharuskan diri
berolahraga. Padahal, inti dari olahraga adalah membuat tubuh bergerak aktif.
Dengan beraktivitas fisik, aliran darah menjadi lebih lancar, sehingga dapat
meningkatkan fungsi organ-organ di dalam tubuh kita.
Salah satu perilaku Germas yang digalakkan oleh Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia untuk mencegah Penyakit Tidak Menular (PTM) adalah
melakukan aktivitas fisik 30 menit setiap hari. Hal ini sejalan juga dengan
anjuran American Heart Association (AHA) yang mengatakan bahwa olahraga teratur atau bergerak aktif dapat memberi manfaat untuk mencegah penyakit kardiovaskular seperti: membantu menurunkan berat badan, mengurangi tekanan darah, mengurangi kolesterol jahat dan meningkatkan kolesterol baik.
Olah raga dapat meningkatkan fungsi otot dan kekuatan serta kemampuan tubuh untuk menggunakan oksigen secara maksimal. Olahraga juga meningkatkan kapasitas pembuluh darah untuk melebar
sehingga fungsi dinding pembuluh darah bisa lebih baik untuk memasok oksigen yang diperlukan tubuh.
Berolahraga atau bergerak aktif selama 30 menit ini bisa didefinisikan sebagai aktivitas apa pun yang memiliki intensitas mirip dengan jalan cepat dengan kecepatan sekitar 3 - 4 mil per jam. Kegiatan ini bisa berupa bersepeda, berenang, berkebun, atau pekerjaan rumah lainnya.
Berolahraga atau bergerak aktif selama 30 menit ini bisa didefinisikan sebagai aktivitas apa pun yang memiliki intensitas mirip dengan jalan cepat dengan kecepatan sekitar 3 - 4 mil per jam. Kegiatan ini bisa berupa bersepeda, berenang, berkebun, atau pekerjaan rumah lainnya.
Contoh aktivitas fisik 30 menit sehari yang bisa kamu lakukan:
- Berenang
- Bermain basket
- Berjalan-jalan di dalam mall
- Jogging di taman
- Senam
- Nge-gym
- Naik-turun tangga
- Skipping
- Olahraga dengan pekerjaan rumah tangga (menyapu, mengepel,
membersihkan jendela, dan mencuci baju).
- dan lain-lain
Tips agar konsisten berolahraga:
Salah satu hal yang cukup sulit dari berolahraga adalah
konsistensi. Komitmen terhadap diri sendiri adalah perjanjian yang biasanya
paling sering dan paling mudah dilanggar.
Ini cara yang bisa dilakukan agar tidak lupa beraktivitas fisik 30
menit sehari:
- Buat pengingat atau alarm di ponsel
- Upayakan selalu berolahraga di waktu yang sama setiap harinya,
agar menjadi kebiasaan
- Gunakan timer selama 30 menit ketika mulai beraktivitas.
- Siapkan playlist musik favorit selama 30 menit selama beraktivitas.
30 menit bukanlah waktu yang lama. Itu hanya 1/48 dari waktu kita selama 24 jam sehari. Siapkan waktu khusus untuk aktivitas ini, upayakan di
pagi hari sebelum mulai aktivitas lainnya agar tubuh lebih segar dan bertenaga
menjalani hari. Cobalah dan rasakan perbedaannya di tubuh.
2. Mengonsumsi buah dan sayur
Grafis: Apriltupai.com |
Sayur dan buah memiliki nutrisi penting yang dibutuhkan oleh
manusia. Bahkan risiko penyakit kronis tertentu dapat dikurangi dengan
meningkatkan konsumsi sayuran dan buah-buahan.
Menurut WHO, kurangnya konsumsi buah dan sayuran dapat membuat
kesehatan memburuk dan meningkatkan risiko Penyakit Tidak Menular. Bahkan, pada
tahun 2017 diperkirakan ada sekitar 3,9 juta kematian di seluruh dunia yang
disebabkan kurangnya konsumsi sayuran dan buah.
Sayur-sayuran dan buah-buahan merupakan sumber kaya vitamin dan
mineral serta nutrisi lainnya seperti antioksidan. WHO menganjurkan untuk
mengonsumsi lebih dari 400 gram buah dan sayuran per hari untuk meningkatkan
kesehatan dan kebugaran secara keseluruhan serta mengurangi risiko Penyakit
Tidak Menular.
Akan tetapi, konsumsi sayur dan buah di masyarakat Indonesia masih
sangat kurang. Bahkan, menurut data Riset Kesehatan Dasar 2013 menyatakan
sebanyak 93,5% penduduk Indonesia berusia di atas 10 tahun masuk dalam kategori
kurang makan buah dan sayur! Meski sudah tahu banyaknya manfaat sayur dan buah,
ternyata masih banyak orang yang malas mengonsumsinya secara rutin.
Padahal, mengonsumi buah dan sayur itu mudah dilakukan dan murah
didapatkan. Hanya saja, lagi-lagi, rasa malas biasanya yang membuat kita jarang
makan buah dan sayur.
- Untuk permulaan, mulailah dari buah yang mudah dimakan. Dalam artian
tidak perlu dikupas dengan pisau, seperti pisang, salak, tomat, jambu air,
jambu biji, apel, jeruk, anggur dan stroberi.
- Setelah itu, mulailah konsumsi buah lain yang perlu dikupas atau dibelah dengan pisau seperti pepaya, semangka, mangga, alpukat, buah naga, melon, dan lain
sebagainya.
- Jika bosan makan buah potong, coba selang-seling dengan dibuat
jus.
- Untuk sayur, coba buka resep-resep di internet, supaya
bisa masak sayur yang lebih variatif agar tidak bosan.
- Mulailah dari jenis buah dan sayur yang memang kita suka. Variasikan dengan beragam buah dan sayur lainnya agar semakin semangat membiasakan rutinitas.
Jangan khawatir pengeluaran jadi membengkak dengan konsumsi makanan sehat. Justru buah dan sayur harganya sangat terjangkau. Saya beli pisang dapat empat buah harganya hanya Rp 8.000 di tukang buah deka rumah saya.
- Mulailah dari jenis buah dan sayur yang memang kita suka. Variasikan dengan beragam buah dan sayur lainnya agar semakin semangat membiasakan rutinitas.
Jangan khawatir pengeluaran jadi membengkak dengan konsumsi makanan sehat. Justru buah dan sayur harganya sangat terjangkau. Saya beli pisang dapat empat buah harganya hanya Rp 8.000 di tukang buah deka rumah saya.
3. Memeriksakan kesehatan secara rutin
Sudah rajin olahraga, rajin makan buah, tapi kapan ya terakhir
kali cek kesehatan? Rata-rata orang mengunjungi rumah sakit atau layanan
kesehatan lainnya ketika sedang sakit saja atau ada keluhan. Saat merasa diri
baik-baik saja, kita tentu enggan periksa kesehatan. Kita berlindung di balik
dalih, “Ah, nggak sakit apa-apa, kok, ngapain ke dokter?”
Padahal, kadang ketika kita merasa baik-baik saja, ya belum tentu
sebenarnya juga baik-baik saja. Contohnya ketika ayah saya divonis punya
penyakit jantung, barulah ketahuan penyakit-penyakit lainnya yang diidapnya.
Manfaat memeriksakan kesehatan secara rutin:
- Dapat mendeteksi dini penyakit sehingga dapat dilakukan penanganan lebih cepat sebelum keadaan bertambah parah.
- Dapat mengetahui seberapa besar risiko penyakit dan meningkatkan kewaspadaan terhadap hal-hal yang dapat memperburuk kondisi.
- Mengetahui detail kondisi tubuh secara rinci sehingga dapat lebih meningkatkan pola hidup sehat dan mencegah datangnya penyakit.
- Mengetahui detail kondisi tubuh secara rinci sehingga dapat lebih meningkatkan pola hidup sehat dan mencegah datangnya penyakit.
Dengan memeriksakan kesehatan kepada ahlinya, kita jadi terhindar dari berasumsi pada tubuh kita sendiri. Asumsi yang salah
tentunya berbahaya. Sementara itu, jika tidak mengecek tubuh secara rutin minimal 6 bulan sekali, kita bisa jadi tidak tahu penyakit apa saja yang bersarang dalam tubuh kita, sehingga kita tanpa sadar melakukan pengabaian dan pembiaran.
Tubuh adalah kendaraan yang kita gunakan untuk mencapai tujuan dari banyak hal di hidup kita. Tengoklah sesekali lebih dalam, agar tahu seperti apa kondisi dan fungsi organ-organ di dalamnya.
Kesehatan adalah investasi terbesar. Bagi saya pribadi, penting untuk selalu sehat agar bisa menyaksikan anak saya tumbuh dewasa, menemaninya ketika wisuda, menikah dan di setiap saat-saat terpenting dalam hidupnya.
Tubuh adalah kendaraan yang kita gunakan untuk mencapai tujuan dari banyak hal di hidup kita. Tengoklah sesekali lebih dalam, agar tahu seperti apa kondisi dan fungsi organ-organ di dalamnya.
Kesehatan adalah investasi terbesar. Bagi saya pribadi, penting untuk selalu sehat agar bisa menyaksikan anak saya tumbuh dewasa, menemaninya ketika wisuda, menikah dan di setiap saat-saat terpenting dalam hidupnya.
Tiga perilaku Germas yang saya paparkan ini tentu sangat mudah sekali dilakukan dan tidak butuh biaya yang besar. Yuk, kita galakkan Germas, mulai dari diri sendiri, dan mulai dari
saat ini! Manfaat besarnya bukan hanya untuk diri sendiri saja, tapi juga untuk
keluarga tercinta, dan untuk generasi selanjutnya. Karena sumber daya manusia
yang sehat, tentu menjadi salah satu modal utama kemajuan suatu bangsa.
Referensi: