Kepercayaan diri ternyata sebuah
hal yang dinamis. Ia bisa naik-turun. Kepercayaan diri pernah berada di titik tertinggi dan
terendah beberapa kali dalam hidup saya. Saya sendiri merasa sangat percaya
diri ketika usia saya 26 tahun. Saat saya merasa telah meraih banyak hal dalam
hidup.
Saya telah mengunjungi banyak kota
di Indonesia karena pekerjaan saya sebagai jurnalis. Saya meliput banyak
pameran seni yang keren, mewawancarai khusus tokoh publik dari berbagai
profesi, mulai dari seniman, arsitek, aktor dan aktris, hingga wakil
menteri.
Saya pun melahirkan buku yang
sangat membuat saya bangga. Kepercayaan diri bukan sesuatu yang perlu saya
upayakan saat itu, karena terasa muncul begitu saja dengan sangat alami.
Tapi, semua itu kemudian menjadi
sebatas kejayaan masa lalu. Saya merumahkan diri saya saat tengah hamil besar,
melahirkan dan memutuskan untuk bersama anak saya sampai saatnya lagi nanti
saya kembali bekerja. Kurang lebih satu setengah tahun saya di rumah.
Walaupun tidak benar-benar berhenti bekerja dan tetap bekerja dari rumah, saya kehilangan banyak momen untuk berkomunikasi
langsung dengan orang luar. Komunikasi untuk pekerjaan yang dilakukan hanya sebatas
chat dan e-mail, semua yang serba maya. Sampai saya berada di satu titik di mana,
saya benar-benar kehilangan kepercayaan diri saya karena merasa terlalu lama
“hanya” berada di rumah.
Saya melihat dunia di sekitar saya
berlari begitu kencang, dan saya hanya menjadi penontonnya. Saya melihat semua
orang bergerak sementara saya hanya seperti berjalan di tempat bahkan mundur ke
belakang. Tak ada lagi pencapaian. Tak ada lagi pengalaman yang membanggakan.
Semua hanya kegemilangan di masa
lalu, yang seolah-olah dibekukan waktu. Kepercayaan diri saya runtuh karena
saya merasa tak lagi bisa berkarya, dan itu sungguh menyedihkan. Sampai saatnya
saya kembali bekerja dan memulai semuanya dari nol lagi. Saya mengalami
kesulitan berkomunikasi.
Saya mengalami kecemasan akan
kebisaan melakukan sesuatu. Ke mana seorang April yang nggak pernah takut
melakukan apa-apa? Kenapa sekarang jadi penuh ketakutan? Menjadi orang yang
minderan tidak pernah ada di dalam kamus saya. Lagipula, apa jadinya Arina kalau
ibunya tidak percaya diri.
1. Memperhatikan Kesehatan Pikiran dan Mental
Pikiran dan mental adalah hal
paling penting yang harus dijaga kesehatannya. Karena banyak penyakit fisik
yang bisa dipicu atau diperparah karena kondisi mental yang berantakan. Untuk
menjaganya, yang saya lakukan adalah memfasilitasi setiap emosi untuk mengalir
dengan lebih baik. Kalau sedih, nggak apa-apa nangis, kalau kesal, nggak
apa-apa marah. Tapi penyalurannya harus yang sehat. Kita nggak akan bisa
maksain diri kita untuk selalu berpikir positif. Karena segala bentuk emosi dan perasaan yang
kita alami, itu yang membentuk kita menjadi manusia.
Cara yang saya lakukan untuk membuat pikiran tetap sehat adalah rutin menulis jurnal, terutama di saat perasaan dan pikiran sedang tidak menentu. Ini cukup membantu untuk menumpahkan emosi dan membuat mental jadi kembali seimbang.
2. Banyak Membaca dan Belajar Hal Baru
Ini salah satu alasan kenapa saya ngotot jadi ibu yang tetap bekerja.
Karena dengan bekerja, saya memaksa diri saya untuk terus membaca dan belajar.
Meski sudah banyak pengalaman bekerja, saya tidak berhenti untuk mempelajari
hal baru, terutama yang berkaitan dengan pekerjaan saya
Percayalah, orang yang pintar,
tingkat kecantikannya akan bertambah beberapa persen. Dan karena kita bisa
lebih menghargai diri kita dengan merasa diri kita cantik, otomatis kepercayaan
diri kita juga akan timbul. Setelah memutuskan bekerja lagi, saya menyadari,
banyak ilmu yang harus saya pelajari lagi. Dunia sudah berlari terlalu jauh, walau
agak ngos-ngosan untuk kejar-kejaran dengan perkembangan dunia, tapi, cobalah
ikuti pelan-pelan.
Kini, ilmu sudah tersebar di
mana-mana, tergantung kita mau mempelajarinya atau nggak. Setelah saya merasa
kemampuan saya meningkat, baik dari segi teknis dan nonteknis di dunia kerja,
secara langsung, saya juga jadi lebih percaya diri. Karena buat saya, musuh
utama percaya diri, adalah merasa diri nggak punya kemampuan apa-apa. Nggak
punya kualitas yang bisa ditonjolkan.
3. Menerima Diri
Setelah jadi ibu, pasti bentuk
tubuh nggak keruan. Nggak banyak perempuan yang setelah melahirkan, lalu
kembali ke bentuk badan semula sebelum hamil. Saya salah satunya. Melihat
tumpukan lemak di mana-mana, dan bagian tubuh yang nggak lagi sekencang dulu,
ada sedikit rasa insecure di dalam diri. Namun, saya belajar banyak tentang
penerimaan diri. Bentuk tubuh boleh jadi tidak seramping dan seseksi saat masih
muda, tapi dari tubuh ini, telah lahir sebuah kehidupan baru, seorang manusia
baru. Tubuh ini telah menjadi perantara Tuhan mewujudkan ciptaan-Nya ke dunia.
Jadi, sangat luar biasa, kan?
4. Lebih Peduli terhadap Kesehatan Fisik
Setelah fase penerimaan diri, tentunya
saya juga harus lebih menghargai fisik saya. Bukan mengubahnya, tapi sebagai
bentuk penghargaan terhadap tubuh yang sudah membantu saya melakukan banyak
hal. Saya pun mulai lebih memperhatikannya dengan lebih rajin merawat diri.
Merawat fisik ini tentunya dengan berbagai cara, mulai dari makan makanan yang
sehat, istirahat yang cukup, dan rutin berolahraga.
5. Merawat Kecantikan
Seperti apa bentuk wajah kita, apa
pun jenis dan warna kulit kita yang paling penting untuk dilakukan adalah terus
merawatnya dengan baik. Percuma cantik kalau nggak dirawat, karena umur nggak
bisa bohong. Sayang banget, kalau masih muda tapi udah banyak kerutan atau flek
hitam.
Makanya, saya juga jadi lebih rajin pakai skin care, karena kalau saya merasa kulit saya dalam keadaan terbaiknya, saya pun juga jadi lebih percaya diri. Nggak perlu lagi ada ketakutan sebelum waktunya. Jadi, nantinya kalau pun kerutan tetap muncul, ya nggak masalah. Karena munculnya ya memang sudah waktunya aja, bukan karena kurang perawatan. Ini juga membantu saya lebih bijak memandang pertambahan usia.
Makanya, saya juga jadi lebih rajin pakai skin care, karena kalau saya merasa kulit saya dalam keadaan terbaiknya, saya pun juga jadi lebih percaya diri. Nggak perlu lagi ada ketakutan sebelum waktunya. Jadi, nantinya kalau pun kerutan tetap muncul, ya nggak masalah. Karena munculnya ya memang sudah waktunya aja, bukan karena kurang perawatan. Ini juga membantu saya lebih bijak memandang pertambahan usia.
6. Menjaga Keindahan Bagian Tubuh yang Tersembunyi
Bagian-bagian tubuh yang tidak
terlihat juga sangat perlu dirawat. Karena yang membuat kita percaya diri itu
bukan semata tentang seberapa baik diri kita dilihat orang lain, tapi seberapa
baik kita memandang diri kita sendiri. Intinya, apakah kita merasa nyaman
dengan diri kita sendiri. Karena itu, penting untuk merawat yang mungkin tidak
selalu dilihat oleh orang lain, salah satunya adalah ketiak. Bagaimana cara
merawatnya? Usahakah ketiak selalu tampil mulus dan nggak ada bulu-bulu yang
mengganggu.
7. Veet, Solusi Menghilangkan Bulu Ketiak Tanpa Rasa Sakit
Sejak mulai tumbuh bulu-bulu halus
di bawah ketiak pada saat remaja, saya pun merasa tak nyaman jika bulunya
tumbuh lebat. Tapi, saya takut bercukur, ya sesederhana takut luka aja gitu
kena silet. Apalagi, kan ketiak kulitnya tipis dan lunak, jadi pasti gampang
banget luka. Terutama untuk kulit saya yang memang gampang tergores. Jadi,
bercukur pakai pisau cukur jelas bukan pilihan. Terlebih waxing, nggak kebayang sakitnya. Di otak saya udah horror aja
ngebayanginnya.
Nah, untuk menghilangkan bulu-bulu halus di ketiak, saya gunakan cara yang paling nyaman, yaitu dengan Veet Hair Removal Cream. Untuk orang-orang yang juga takut shaving dan waxing, ada baiknya coba produk ini, karena lebih aman dan nyaman.
Nah, untuk menghilangkan bulu-bulu halus di ketiak, saya gunakan cara yang paling nyaman, yaitu dengan Veet Hair Removal Cream. Untuk orang-orang yang juga takut shaving dan waxing, ada baiknya coba produk ini, karena lebih aman dan nyaman.
8. Review Veet Hair Removal untuk Kulit Kering
Kalau dihitung-hitung, Veet sudah menemani saya bertahun-tahun! Iya, sejak produk ini muncul saya selalu pakai Veet dan terus pakai
sampai saya punya anak. Selama itu, saya selalu nyaman-nyaman aja pakainya.
Awalnya, karena saya pikir takut nggak cocok, jadi saya pakai Veet yang kemasannya warna biru untuk kulit sensitif.
Awalnya, karena saya pikir takut nggak cocok, jadi saya pakai Veet yang kemasannya warna biru untuk kulit sensitif.
Setelah beberapa kali pakai yang biru, dan aman-aman aja, saya pun
coba pakai yang untuk kulit normal, yang warnanya pink. Ini varian yang paling
gampang ditemuin di mini market.
Nah, menjelang usia 30 tahun, nyaris semua kulit saya jadi lebih
kering, mulai dari wajah hingga kaki. Saya pun coba yang kemasan warna hijau, yang varian untuk kulit kering. Senang banget, karena Veet tersedia dalam berbagai
varian sesuai jenis kulit. Jadi pakainya juga lebih nyaman.
Cara pakai Veet Hair Removal Cream varian untuk Kulit Kering untuk
menghilangkan bulu ketiak:
1. Aplikasikan
krim Veet pada punggung spatula.
2. Oleskan
pada bagian dalam ketiak secara tebal dan merata hingga menutupi seluruh bulu.
3. Tunggu
sekitar 3 menit. Jangan dibiarkan sampai lebih dari 6 menit.
4. Dengan
bagian ujung spatula, bersihkan krim yang menempel beserta sisa bulu yang
terangkat.
5. Bilas
dengan air bersih dan keringkan.
Gampang banget, kan!
Tekstur:
Teksturnya berbentuk krim. Kental, tapi tidak
terlalu padat, juga tidak terlalu encer, jadi mudah diaplikasikan.
Aroma:
Aromanya nggak menganggu. Nggak terlalu soft,
tapi juga nggak terlalu menyengat. Tetap nyaman selama digunakan dan langsung
hilang setelah dibersihkan.
Yang
saya suka dari Veet Hair Removal Cream varian untuk Kulit Kering
- Praktis
Kemasannya gampang dibawa ke mana-mana. Cara
pakainya juga gampang banget, bisa dipakai sewaktu mandi. Bisa pakai sendiri,
nggak perlu bantuan orang lain dan bisa dilakukan di rumah, nggak perlu ke
salon seperti waxing.
- Hanya dengan krim dan spatula sudah dapat
merontokkan bulu.
Karena saya tipe yang takut untuk menggunakan pisau cukur dan
takut merasa sakit karena waxing, maka menghilangkan bulu dengan bersenjata
hanya krim dan spatula adalah pilihan terbaik.
- Menghilangkan bulu hingga mendekati akar dan
tidak menimbulkan rasa sakit sama sekali.
Saya suka pakai Veet
karena produk ini dapat menghilangkan bulu sampai mendekati akar. Itu berarti,
tumbuhnya bulu jadi lebih lama. Dan bulu yang tumbuh juga lebih halus. Nggak
tajem dan nusuk-nusuk.
- Cepat merontokkan bulu
Nggak perlu lama-lama kalau pakai Veet, bulu di ketiak udah
langsung rontok semua. Saya pakai Veet yang varian untuk kulit kering, cukup
didiamkan 3 – 6 menit, sudah langsung rontok nggak bersisa!
- Produknya mudah ditemukan
di mana-mana
Gampang banget menemukan produk Veet Hair Removal Cream. Di semua
mini market juga ada. Harganya pun terjangkau! Saya beli Veet kemasan 60 gr di
Tokopedia harganya cuma sekitar Rp 22.000
- Menjaga kelembaban
Karena ini untuk kulit kering, jadi kelembaban kulit juga lebih terjaga.
Nah, itu semua adalah cara-cara yang saya lakukan untuk meningkatkan rasa percayadiri. Kalau fisik dan psikis terawat dengan baik serta senantiasa mempercantik otak dengan pengetahuan dan wawasan, maka keindahan dalam diri akan terpancar dengan sendirinya, kepercayaan diri pun akan meningkat drastis!