Katanya, kunci
untuk tidak terlalu banyak kecewa, adalah jangan terlalu tinggi berharap. Atau
kalau tidak mau kecewa, tidak usah berharap sekalian. Padahal, harapan itu,
kadang walau tidak kita inginkan, sudah tumbuh duluan.
Kadang, kita
nggak bisa mengukurnya seberapa tinggi, nggak bisa mencegahnya berkembang
seberapa besar. Ingin berusaha melenyapkan dan meniadakannya pun sulit. Semakin
berusaha mencegahnya ada, justru ia hidup dengan sendirinya. Tak dirawat dan
tanpa kesengajaan.
Tiga puluh tahun
usia saya. Saya sudah akrab dengan banyak harapan-harapan yang gugur. Berapa
kali berhadapan dengan pintu yang tertutup, menghadapi penolakan-penolakan dan
kekalahan-kekalahan. Menggenggam peluang-peluang yang terhempas. Membuang
banyak waktu untuk kesia-siaan.
Nyatanya, memang
ada yang sia-sia di dunia ini, juga ada hal-hal yang mustahil di semesta ini.
Mereka yang bilang bahwa tak ada yang mustahil selagi mau berusaha dengan gigih,
mungkin sesederhana mereka belum menemukan kemustahilan itu saja. Atau mencoba
mengubah sudut pandang. Menutup mata terhadap yang tidak mungkin dan langsung
mengalihkan diri kepada yang memang jelas-jelas mungkin.
Kekalahan tidak
selalu kemenangan yang tertunda. Kekalahan, kan memang kemenangan yang tidak
kejadian. Menyebutnya sebagai kemenangan tertunda hanya bisa menjadi bentuk
penghiburan diri semata. Karena kalau pun kemenangan itu terjadi di masa depan,
kemenangan itu untuk suatu yang berbeda, bukan menang dari apa yang dulu pernah
kita harapkan, kan?
Akui saja bahwa
kita pernah kalah, atau sering kalah di beberapa arena. Tapi, mungkin kita
memang bisa menang di arena yang lain; di pertarungan dan pertempuran yang
lain.
Teruntuk
harapan-harapan saya yang tidak pernah menjadi kenyataan, semua pintu yang
pernah tertutup untuk saya, semua kesempatan yang dengan terpaksa dilewatkan,
terima kasih banyak telah membentuk menjadi saya yang sekarang.
Terima kasih
untuk semua kemustahilan dan kesia-siaan yang pernah datang. Semua itu
mengajarkan saya bahwa hidup, tidak melulu berisi hal yang baik-baik saja, kan?
Tapi bukan berarti kita menutup mata terhadap hal-hal baik yang terberikan
untuk kita.
Semua kepahitan
itu membuat saya bisa lebih meresapi yang manis-manis di hidup saya. Menghargai
hal-hal sederhana dan mensyukuri hal-hal kecil, tak melulu membanggakan
pencapaian-pencapaian besar.
Tak apa jika
ingin menyerah sekarang. Masih ada besok untuk bangkit. Tak apa jika ingin
menepi hari ini. Masih ada esok untuk berlari. Tak apa lelah dan kalah kini.
Nanti berjuang lagi dengan semangat berapi-api dan penuh berani; tentunya
dengan amunisi yang lebih mumpuni.