Setiap kita pergi kemanapun,
menghadiri acara ulang tahun teman, bekerja, berkencan, liburan dan aktivitas
apapun yang kita namakan ‘pergi’, pasti selalu diiringi dengan kata ‘pulang’.
Kemana pulangnya? Sama siapa pulangnya? Naik apa, dan lain sebagainya.
Padahal kita KADANG nggak tahu betul
kita mau pulang kemana, kita kadang nggak bener-bener pengen pulang, kita cuma
pengen pergi, kita cuma tahu itu.
Apa pulang selalu identik dengan
rumah? Rumah seperti apa? Rumah fisik dengan isi keluarga kita? Apa jadinya
kalau rasa betah itu lebih lo rasain di luar rumah?
Apa jadinya kalau ketika lo pergi,
ketika lo berada di tempat-tempat baru, lo justru selalu ngerasain ‘pulang’.
Selalu ada rindu yang buat lo ingin
kembali mengunjungi tempat-tempat itu, tempat dimana justru nggak ada rumah
asal lo, nggak ada keluarga lo, nggak ada orang yang lo kenal, tapi lalu semua
yang asing itu menjadi terlalu akrab, karena lo mengakrabi keterasingan dan lo
menikmati itu. Kemudian mereka yang asing itu menjadi keluarga, keluarga yang
mungkin tidak akan menetap di satu tempat saja dan menunggu lo pulang, tapi
keluarga yang bisa ada di manapun, bahkan di setiap jejak kepergian lo.
Keluarga yang bisa lo temukan tanpa
mesti punya ikatan darah; rumah yang selalu membuat lo nyaman tanpa lo harus
menetap.
Setiap pengelana akan selalu
merindukan pulang, meski kepulangan tak selalu berarti kembali di titik awal, tapi bisa jadi, pulang ke setiap kepergian yang telah dilaluinya.
Seseorang yang tidak bisa menemukan kebahagiaannya dikeluarga, maka ia juga tidak akan menemukannya ditempat lain.
BalasHapusJika setiap kepergian punya tujuan, bukankah juga seharusnya pulang pada titik awal ?
Keren mba tulisannya:)
BalasHapusmakasih banyak udah nyempetin baca :D
Hapus